5 Hari Di Amsterdam


Sekitar seratus orang telah menetap di kamar kecil di dalam feri semalam menyeberang dari Hull ke Belanda. Saat itu gelap gulita dan satu-satunya suara adalah dengungan samar mesin dan dengkuran aneh.

Semua kursi telah penuh sesak jadi aku terbaring di tempat kosong di lantai dengan beberapa pasangan yang berusaha merasa nyaman. Kira-kira lima menit telah berlalu dan aku bisa menenangkan diri.

Anda bisa mendengar setetes air. Kemudian pasangan saya kentut. Seluruh proses pasti memakan waktu setidaknya lima detik. Aku berjuang sejenak, mencoba menahan tawaku. Akhirnya aku harus meninggalkan ruangan, cepat diikuti oleh dua temanku.

Setelah berlabuh di Belanda, kami diantar ke pelatih yang menunggu satu jam perjalanan ke Amsterdam. Pemandangan itu penuh dengan semua hal klasik yang membuat Belanda begitu unik.

Kincir angin tersebar bebas di seluruh negeri. Struktur putih nan indah yang lengannya berputar tanpa henti di udara. Pedesaan yang luas nan sibuk tampak membentang selamanya. Sebenarnya, lebih dari sepertiga negeri Belanda berada di bawah permukaan laut.

Pelatih menurunkan kami di jantung kota Amsterdam, jauh di antara jaringan kanal yang membagi kota tua ini menjadi sejuta bagian yang berbeda. Kami mendapati diri kami berdiri di luar stasiun kereta api pusat yang memperdebatkan pilihan akomodasi kami. Kami telah memutuskan sebelumnya untuk menunggu kedatangan kami sampai menemukan sebuah hotel.
Tepat saat kami mulai cemas, seorang wanita paruh baya mendekati kami. Dia berjalan dengan sombong dan merasa percaya diri.

"Apakah anda pemuda mencari kamar?" Tanyanya dalam bahasa Inggris yang rusak.

"Ya," kami semua menjawab bersamaan. Kami merasakan solusi untuk keadaan sulit kami sudah dekat.

"Saya punya tempat tidur dan sarapan tidak jauh dari sini, hanya dua pemberhentian di bawah tanah. Anda mau kamar? "

Hotel ini cukup masuk akal. Berjalan dua puluh menit dan kami kembali ke kota bersama semua turis lainnya, berjalan berputar-putar berusaha mendapatkan penginapan.


Amsterdam adalah tempat yang benar-benar surealis. Melegalkan ganja seolah membuat dunia mengangkat alis keheranan namun dianggap dengan daya tarik saat kita menjelajah di negeri ini. Saat kami mencicipi kearifan lokal, cukup banyak dicampur ke dalam bentuk lain seperti semacam mimpi. Sebelum kami mengetahuinya, kami kembali ke rumah sambil merenungkan liburan yang sangat aneh. Artikel ini dipersembahkan oleh team marketing helm arai pedrosa.

0 Response to "5 Hari Di Amsterdam"

Posting Komentar

wdcfawqafwef